23 Apr 2010

PVan GajeeeeT nih....huahahaha XP

>> Filth in The Beuty <<


MAnTEb daaaah ^^8



>> Anata no tame no kono inochi <<

PVan JR dah.... ^^8

Nih band gw bgt dahhh. Dari pada jauh" ke Japan sno mnding liat yg lbh nyata dulu dehhh. haha. J-Rocks mah the best pisan euy. MEy g tau mo komen pa lagi. Yg jelas Mey dapet temen JRs buuuuuanyaaaak deh. Haahaha. Band asal Jakarta ini personilnya ntu: kang iman (voc+gitar), kang wima (bass) *suami aye nih-plaaaaaak*, kang anton (drum), ma kang sonny (gitar). Dulu mah sempet tuh di cap plagiat L'arc-en-ciel (band jepang), tapi sekarang mah kaga bener tuh. Malah yang ada mereka menanamkan nasionalisme dengan pake batik. haha. *sok tau bgt gw*. Nih ada beberapa PV mereka, itung" buat nostalgila. haha. *gaje*


>> Meraih Mimpi <<





>> Ceria <<





>> Juwita Hati <<


Hoaaaaaah.... NiHon~~ kenapa kaga aye aje yg dia jak ksna kang??? *narik" wima*



>> Spirit <<



.kyaaaaaaaaaaaa~~~ kakkoi~ *kisu" wimz-plaaaak*





Nih yang dari Laruku Versi J-Rocks. Nyaaaaaa~~~


>> Stay Away<<




>> Ready Steady Go <<

7 Apr 2010

Jiwa Yang Hilang *hiksu* T^T

Title : Jiwa yang Hilang

Genre : Sadness + Romance ^^

Rating : +++16 *intinya sapa ja blh kq*

Cast : >>> Meirin * aku *
>>> Karin
>>> Rha
>>> Mama
>>> Papa
>>> Many more +org2 gila+ haha. . .



Silakan menikmati. . . *welegh*
Read my 3rd penpik...(- ,-)
*maap telat lama bgt, UN sih*
Haha

Douzo~





Minggu pagi yang cerah, inilah hari yang kutunggu-tunggu. Saat ku duduk diam
merenung dikamar, indah rasanya.



Hari minggu ini akan ada Festival Kebudayaan Jepang di SMA Karakiri. Akhirnya bisa kumpul sama anak-anak otaku di Solo.




+dare datte shippai wa surunda....+



Terdengar HP-ku berdering.



KARIN



Nama itu muncul di layar, segera ku angkat.


“Halo, iya cik ada apa?” tanyaku sambil kucek-kucek mata.
“Nanti jadi kan? Kamu ke rumahku dulu ya. Biar nggak pisah gitu.hehe.” kekehnya.
“Iya cinta, nanti aku kesana jam 08.00, jadi kamu harus sudah siap.”
“Okey cuy, aku tunggu ya. Arigatou.”


Piip…piip…


Ya, itu dia si Karin.



Sahabat yang selalu menemaniku setiap aku butuhkan.
Salah satu otaku di Solo dan sekaligus teman sekolahku.







Oiya, perkenalkan namaku Meirin, orang gila yang tergila-gila sama Nippon.
+mulai dech, maklum yak+


Pekerjaan rumah yang biasa aku kerjakan akhirnya sudah selesai juga, menyapu rumah, mencuci
peralatan makan, membereskan kamarku yang selama seminggu aku biarkan
begitu saja seperti kapal pecah, fuiih cuapeknya.


Ternyata sudah jam segini, aku harus cepat-cepat mandi nanti keburu di
marahin Karin. Hanya kata itu yang bisa di terima oleh otakku.




“Ma, Pa... aku berangkat dulu ya keburu telat nih.” Kataku.
“Iya, hati-hati ya.
Jangan luoa makan siang.” Pesan mama.


Buru-buru aku mencium kening mereka dan berlari menuju motor kesayanganku.





Beberapa menit kemudian akhirnya sampai juga di rumah Karin.
Ternyata dia sudah menungguku di depan
rumahnya.
“Maaf deh rada telat. Hehe.” Kataku.
“He-eh. Gapapa kok. Lagian juga masih jam segini. “ jawabnya.
“Pah, aku berangkat dulu ya.” Ujarnya.
“Om, kami pergi dulu.” Kataku
“Iya, tolong jaga anak om yang bandel ini.”
“Siap bos!” jawabku sambil memberi hormat.


***


.ciit...






Akhirnya sampai juga di tempat tujuan kita. SMA karakiri.




Cosplayer!!!!






Oh My God!!!



Setelah terkurung dalam dunia yang sangat membosankan akhirnya aku
bisa melihat suasana seperti ini
Soalnya beberapa bulan yang lalu aku
terkunkung dan berkutat dengan tumpukan buku yang super duper tebal.





Rasanya seperti hidup kembali. +lebay+ *___*

Sejauh mata memandang yang aku dapati hanyalah segerombolan motor.



Ahh tidak~






Tiketnya. . . .





***

Tiba-tiba ada benda jatuh menimpa kepalaku.


“Nih... buat kalian.” Ujar seseorang.





Suara ini. . . .


Ya, tidak salah lagi. . .





“Ahh Kamu, ternyata benar duganku.” Kataku
sambil menepuk punggungnya.

“Aduh, sakit tau. Jadi nggak terima kasih ya
udah aku belikan tiketnya buat kalian berdua.” Sindirnya.

“Ahh, arigatou
masnya.” Jawab Karin.
“Nah, gitu donk. Tapi ada yang masih belum sadar juga.”
Ledeknya.

“Iye-iye. Tingkyuu yua masnya.” Kataku.
“Tumben kalian baru datang,
biasanya kalian paling rajin kalo datang ke acara beginian.” Sindirnya lagi.
“Yee, tau ndiri kami sibuk. Jadi wajar lah,. Ya nggak Rin.” Elakku.


Dia. . .


Ya, dialah yang sekarang telah merenggut hatiku.

Orang yang selama bertahun – tahun sudah aku anggap seperti kakak, tapi sekarang sudah beda.



Perasaan ini beda. Bukan lagi perasaan sebagai adik – kakak.





Apa aku. . .





***



Tak terasa kami pun larut dalam suasana yang indah ini. Langkah demi langkah kami
menuju pintu masuk.


Suasana beda pun menyelimuti mata ini, Festival.





Lama sekali aku mengharapkan hal ini terjadi lagi dalam hidupku ini. Aku hanya ingin hari ini tak berakhir.



“Mey.” Sapa seseorang.
“Hei, ohisashiburi desu ne. ogenki desu ka?” jawabku sambil memeluknya.





Ya, dia salah satu teman kami, Rha.
Dan di belakangnya ada banyak sekali teman-teman yang lain.
“Woi, kami tak kau peluk juga nih.” Ledek yang lain.


“Haha, bukan makhromnya kali.” Balasku.

Gelak tawa pun meledak seketika.



Aku sangat bahagia, ternyata masih banyak teman-teman yang menghargai aku hidup di dunia yang fana ini.






Semua pernak-pernik festifal tampak sangat meriah sekali, itu yang membuyarkan lamunan jelekku tadi.


Dan semakin ke dalam semakin ramai dan semakin menarik.
Banyak sekali stan-stan, mereka menjual berbagai macam makanan khas
Jepang, komik, kerajinan, dan masih banyak lagi, rasanya ingin membawanya pulang ke rumah.



+dare datte shippai wa surunda....+


Segera aku angkat HP yang ada di genggamanku itu.






“Halo. . .iya, ada apa?” tanyaku.


“Mey, ini aku. Kamu udah masuk ke dalam belum?” Tanya seseorang di seberang sana.



“Ahh, iya. Maksudnya ke matsuri? Udah dari tadi lah. Kamu kemana aja? Kamu jadi kan kesini?” tanyaku panjang lebar.


“Iye neng. Aku udah sampai nih. Kamu dimananya?”
“Aku ada di stage nih kamu buruan kesini lah.” Pintaku.
“Sip. Aku kesana sekarang.” Jawabnya seraya mematikan HP.



Wah akhirnya bisa ketemu sama teman baru lagi yang sealiran dan itu sangat menyenangkan punya banyak teman sesama otaku.




Tapi ini lah akhir dari mimpi indahku, babak baru segera aku main kan.





“Mey, ayo kita ke rumah hantu. Seru tuh pastinya.” Ajak Karin. Mau tak mau aku ikut juga, padahal aku takut banget sama yang namanya hantu.


Tak lama kemudian teman baruku datang.



Awalnya aku merasa senang dan bahagia, tapi semua itu buyar.
Kalian pasti ingat, teman yang aku panggil mas tadi ternyata terlihat marah sekali.


Mata yang tajam itu menusuk sampai ulu hatiku.




Perasaan apa ini.




Sakit. . . .





***





Akhirnya, langit pun sudah tak kuat menahan perihku ini.






Gerimis.




Semua orang berhamburan ke tepi, kecuali aku.




Aku merasakan ada yang menarik tanganku kebelakang, tapi siapa.




Ternyata dia. . .



Oh Tuhan,



Apa aku salah menyimpan perasaan ini sendiri.



“Dhek, kamu apa – apaan sih. Tau ujan juga.” Bentaknya.



“Ma-maaf.” Jawabku sambil menunduk. Tiba – tiba. . .




Jemarinya melingkar di punggungku. Apa ini. . .



Tapi, kejadian itu hanya sekejap saja.
Ya, karena teman baruku datang dan menggandeng tanganku erat.





***




Cosplay cabaret pun dimulai. . .


Saat itu aku naik diatas meja dan sejenak melupakan kejadian tadi. Aku mulai tersenyum kembali karena ceritanya lucu banget.




Aku semakin kaget lagi, ternyata dia ada di belakangku.
Dia duduk manis di belakangku sambil memandang kearahku dengan senyum manisnya.
Dia sangat manis sekali saat senyum dan sanagt menakutkan kalau tatapan matanya kita pandang.





Deg...deg...deg...



Mungkin itu suara jantungku saat ini.




“Mey adekku, kamu kenapa? Dari tadi bawaanya murung terus, katanya mau kesini.” Kata dia.
“Ahh, iya mas. Kamu juga tau aku baru aja putus sama cinta pertamaku. Masih sakit mas, masih perih.” Jawabku.
“Iya, aku paham. Tapi bukan kayak gini dong, namanya menyiksa diri. Aku nggak mau adekku yang cantik ini nangis lagi gara – gara cowok.”






Dalam hati kecilku aku hanya bisa berkata, kamu yang bisa membuatku semangat. Mungkin hanya kamu seorang.







***


Ternyata takdir berkata lain.




Aku mungkin tak di takdirkan bersamanya. Entah sampai kapan.






Aku melihat di situs jejaring sosialnya ada seorang cewek yang memanggilnya dengan sebutan “Yank”. . .




Sesak.




Aku mulai menjauh darinya.




Aku tak ingin menggangunya lagi. Aku takut, takut akan merusak hubungannya dengan wanita itu. Aku tak mau di sebut – sebut sebagai orang ketiga, ditambah lagi cewek itu juga kenalanku.






***


Lembaran – lembaran baru mulai aku tapaki lagi. Aku sudah bisa sedikit demi sedikit menjauhi dia.



Tak disangka – sangka, aku dan teman baruku itu jadian.



Ya, jadian. Aku tak tau kenapa aku bisa memilihnya. Atau jangan – jangan dialah orang yang sampai detik ini setia menemaniku. Setia mendengarkan curahan hati yang beku ini.




Tapi kenapa bayang – bayang cinta pertama dan dia selalu terngiang di benakku.


Sudahlah, aku harus jalani ini dengan benar. Aku tak mau pilihan ini salah lagi.




+dare datte shipai wa surunda...+




“Halo.” “Halo sayank, ini aku. Kamu masih belum tidur kan?”


Hahh. . .
Pertanyaan itu. Aku sesungguhnya malas menjawabnya, tapi statusku pacarnya.

Oh Tuhan. . .




***


>>> 3 bulan kemudian




Aku putus lagi.




Memang benar kata orang – orang, aku tak beruntung dalam masalah percintaan.



Haha.



***


>>> 1 tahun kemudian




Aku sudah terbiasa dengan hari – hari tanpa kekasih.



Aku merasa bebas.



“Oiii, Mey.” Sapa Karin. “Oiii. . .” “Ehh, main yuk lama nih nggak jalan sama temen – temen yang lain.” Ajknya. “Oke, ayo sekarang.” Kami berenam jalan-jalan di sebuah mall di Kota Solo tercinta ini.



Kami bersenda gurau, ketawa-ketiwi, dan yang paling penting kita bisa narsis bareng lagi. Hehe. Yach, beginilah kehidupanku sebenarnya. Jauh dari rasa murung dan sedih.





“Sob, kalian mau lanjut kuliah kemana nih?” tanyaku.
“Kalo aku sih rencananya mau ke Jogja.” Jawab Karin.
“Aku ke Jakarta.” “Iya, kami berduajuga mau ke Jakarta nih.” Jawab Usagi dan Sonoko serempak seraya membenarkan jawaban si Kaori.
“Aku mau ke Bandung nih. Kalo kamu Mey?” kata Aida.
“A-aku. . . cukup di Solo aja kok.” Jawabku singkat.
“Kenapa say, kamu kan niat mau ke Jogja.
“Iya, tapi ortu nggak ngijinin. Mereka takut pisah sama aku.”
Aku merebahkan kepala di bahu Karin, dan mulai meneteskan air mata lagi!!!!






***

Senja pun mulai datang, berhubung malam minggu kami pun melanjutkan perjalanan kami. Belanja. . . haha.




Sepanjang kami melemparkan mata, yang kami lihat hanya sekelompok anak muda yang asyik bermesraan dengan pasangan mereka.
Sempat terbersit dalam benakku berkhayal ingin rasanya memiliki dia.
Seorang pacar yang merangkap menjadi seorang kakak.
Sudahlah, apa gunanya aku memikirkannya lagi. Toh dia sekarang sudah bahagia.




BRUUK



“Auuw. . .” teriakku. “Maaf, aku nggak sengaja.” Jawab seorang pria.
“Adek. . .” tambahnya. “Haaa. . .oh kamu mas.” jawabku. “Mey, kamu nggak pa-pa?” Tanya mereka serentak.
“Sini aku bantu dhek. Makanya kalo jalan tuh liat depang donk.”
“I-iya deh.”






Deg. . .deg. . .deg. . .





Apa lagi ini? Aku tak mau mencintai dia, dia cuma seorang kakak buatku, tak lebih. Tuhan Bantu aku untuk membencinya. Tolong aku. . .





***




Pagi ini begitu cerah, tak biasanya aku seceria ini.
Apa akan kabar baik datang?






+dare date shippai wa surunda. . .+


NO NUMBER. . .

“Halo. . .”
“Iya, halo siapa ini?” tanyaku. “Ini aku pemuja rahasiamu.” Katanya.
Weits, sapa lagi nih. Aku memang banyak yang naksir sih jadi nggak heran juga. +kepedean+ *____*
“Bisa nggak kita ketemu di taman? Ini penting banget neng.” Pintanya.
“Tapi kamu siapa? Aku nggak akan datang kalo kamu nggak mau ngaku.” Jawabku keras.
“Aku temanmu juga kok, udah datang ya. Aku nggak bakal macem-macem sama kamu cinta.”







***


Setengah jam kemudian aku sampai di tempat yang ia janjikan.
Sepi.
Aku malah jadi takut.
Hiiiii~

Dari belakang terasa angin semilir meniup leherku.
Aku hanya bergidik ngeri.
Tiba-tiba. . .

Kyaaaaaaaaa~






Tangan itu pun menutup bibirku, hingga aku tak bisa berteriak.
Perlahan aku mulai melihat wajahnya, ternyata. . .



“Kamu???” kataku kaget.
“Hehe, iya dhek ini aku. Maaf sudah membuatmu ketakutan seperti ini.” Jelasnya.



“Berarti tadi yang. . .”


Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, dia sudah menciumku.





“Iya dhek, aku sadar aku sayang kamu. Aku tak sanggup kehilangan kamu lagi. Sudah cukup sampai disini pengembaraan cintaku. Aku benar-benar serius denganmu. Apa pun jawaban darimu adalah keputusanmu. Tapi, aku berharap kita bias menjalin hubungan dengan lebih baik lagi. Aku mohon, mau kah kamu menjadi pacar dan sekaligus sahabat?” pintanya.


Aku bingung, secara nggak langsung aku bakal kehilangan kakak, tapi di lain sisi aku juga sangat senang mendengar pengakuannya.



Ya Tuhan, semoga jawabanku kali ini benar.





“Kak, terima kasih banget selama ini kamu baik banget sama aku. Aku tak tau harus bilang gimana ke kamu. Kamu sesosok kaka yang baik dan penyayang adeknya. Tapi untuk menjadi seorang pacar. . .”


Dia menutup bibirku, dan langsung memelukku. Erat. . .


“Sudah tak apa dhek, kalo itu adalah pilihanmu. Makasih, aku akan tetap menjadi kakak bagimu.”



Dia melapaskan pelukannnya perlahan.


Sakit.



Aku hanya bisa melihat punggungnya.




“. . .Tapi untuk menjadi seorang pacar, aku tak menolaknya kak.” Lanjutku seraya berlari memeluknya.



“Yang bener nih?” Tanya dia seolah tak percaya.


“Iya, aku sebenarnya juga sangat menyayangimu, lebih dari seorang kakak.
Tapi aku takut akan terulang seperti dulu lagi.”


Dia membalikkan badan dan mengusap air mataku yang terus bercucuran, mengalir melewati sela-sela pipi tembemku.



“Makasih cinta, aku tak akan mengecewakanmu seperti masal lalu kamu. Percayakan semua padaku. Kamu boleh membuang nomer hapeku, membenciku seumur hidupmu dhek.” Kata dia sambil meyakinkanku.



***


“Ohayou putri cantikku.”


Aku mendengar seseorang memanggil namaku dan mengelusku lembut.
Aku mulai membuka mataku perlahan, dan ternyata dia datang.

“Ayo bangun, udah pagi gini masih ngorok aja. Buruan gih mandi ntar telat sekolahnya.”
“Iya cinta, ini juga udah bangun. Masih kumpulin nyawa nich. Hehe.”


Dia, ternyata telah kembali seperti kebiasaannya dulu.
Setiap pagi selalu menyempatkan dating untuk membangunkanku.
Tak heran juga sih, karena kami teman masa kecil.
Orang tua kami sudah maklum, karena kami seperti saudara dan yang paling penting dia tidak macam-macam denganku.
Haha.


“Hush, pagi-pagi udah bengong ntar kesambet. Mikirin ciuman kemarin ya?? Hihi. Ayo ngaku. . .” ledeknya.
“Apaan sih, jahat banget.”
“Ya sudah, buruan mandi bau tuh. Aku tunggu di bawah ya.” Katanya sambil mengecup keningku.




***


Aku masih tak menyangka akan jadi seperti ini akhir kisah cintaku.
Aku senang akhirnya akan menjadi seperti ini, tapi kadang aku pun merasa sedih, karena sosok kakak yang selama ini aku impikan malah menjadi pacarku.



Tapi satu hal yang aku suka darinya, yaitu rasa sayangnya masih tetap seperti dulu, kakak yang aku kenal.


Kadang saat kami melintas didepan teman-temannya banyak tatapan iri and benci menatapku.



Sosok pangeran impian yang selama ini di impikan oleh banyak orang, kini takluk di tangan anak SMA.
Tapi senang juga sih, di saat aku membutuhkan seorang kakak, dia selalu hadir di sampingku dengan kelembutan hatinya.







***

FIN