30 Okt 2009

Nightmare in My Nice Dreams…..


Genre : Drama romantice


Rating : PG 15+


Cast :

+Meirin

+Karin

+Kak Pikyon

+Aiko

+Mama

+Kaori

+Papa

+Kenichi

+ n’ more…



Sang bulan kini telah kembali ke peraduannya, dan di gantikan oleh sang fajar. Aku masih duduk termenung diam. Pagi terasa sunyi senyap. Entah apakah karena hatiku yang kosong atau memang ikut membisu. Aku mecoba untuk bangun dari tempatku. Tidak bisa. Terasa berat. Kenapa aku ini?

.

.

Apa ada yang salah denagn makananku semalam? Ahh tidak. Tidak mungkin, karena yang aku makan adalah nasi goring, makanan favoritku. Tiba-tiba sekeliling menjadi pudar. Ohh tidak!! Jeritku dalam hati. Lelehan kepedihan telah keluar dari bola mataku. Ada apa ini? Aku tersadar kalo semalam aku duduk menangis dalam diamku. Sampai akhirnya jatuh lagi kesekian kalinya di pagi yang suram ini. Mungkin alam juga berduka melihatku yang seperti ini. Ada seseorang menjerit dalam diamku sampai aku terhentak kaget dan membuyarkan semua lamunanku. Yang datang MAMA!!!! Aku mencoba menyembnyikan mataku yang terasa semakin sipit akibat tangisanku semalam. Tidak bisa! Ya Tuhan bagaimana ini. Mama pasti cemas akan keadaanku yang terpuruk ini. Ternyata benar.

Sayang,kamu kenapa nak? Siapa yang membuat kamu jadi seperti ini?” Tanya mama cemas. Ku coba menjawab dengan tenang. “Ahh tidak mah, Mey baik-baik saja kok. Tadi Cuma kemasukkan debu.” Jawabku seadanya. Mungkin itu kebohongan pertamaku yang paling konyol. “Jangn bohong! Mama tau kamu habis nangis semalaman. Ayolah Mey saying cerita sama mama.” Pinta mama sambil mengelusku lembut. Aku mencoba memendam ini sendiri tapi tak bias. Sekarang yang aku bias hanyalah menangis dan menagis. Sambil sesenggukan aku ceritakan semua kepada mama tercinta. “Ohh, sabar anakku. Jalanmu masih panjang kalo memang dia sudah menemukan jodohnya biarlah. Kamu masih punya mama, papa, kak pikyon, dan ketiga sahabatmu.” Nasihat mama. “Sekarang kamu bersihkan muka dan sarapan, sudah ditunggu papa sama kak pikyon lho.”kata mama seraya mencubit pipi tembemku gemas.


***

Kisah ini berawal dari malam minggu kemarin, saat aku pergi ke toko buku sendiri. Gramedia yang begitu penuh dengan buku itupun seolah menjadi saksi. Kaito yang selama 2 tahun ini menjadi malaikatku ternyata sedang jalan dengan seorang peri lain. Dulu hanya aku peri yang dapat singgah di hatinya. Tapi…

.

.

Argh!!!!!

Kecewa. Marah. Kesal. Itu yang ada dalam benakku. Apa dayaku melihat pemandangan seperti ini. Aku terpaku melihat sepasang merpati terbang kesana kemari dengan riangnya. Sebetulnya aku yang ada disana tapi kenapa bukan. Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di otakku. Apa ini karma bagiku? Soalnya dulu aku juga pernah selingkuh di depan pacarku yang dulu-dulu. Ohh Tuhan, ampunilah dosa-dosa hamba. Hanya kata-kata itu yang terbersit di benakku. Lemas. Itu yang aku rasakan sekarang.

.

Kaito sekarang mulai meninggalkan toko dan meluncur ke toko untuk membuat undangan. Haa? Apa yang dilakukan olehnya sekarang? Siapa yang ulang tahun? Pikirku kala itu. Selang beberapa saat mereka pegi meninggalkan toko itu, setelah menjabat tangan pemilik toko. Karena penasaran aku pun menghampiri sang pemilik toko dan menanyakan apa yang di pesan oleh Kaito tadi. Kalo ini benar-benar membuat jantungku berhenti berdetak. Pemilik toko itu memperlihatkan desain undangan pernikahan. Dan di undangan itu tertera sebuah nama yang tak asing lagi bagiku.

.

.

.

.

.

KUROBA KAITO.


***



Lamunanku terhenti karena ada suara yang memanggil namaku berkali-kali. Dan aku pun bergegas membasuh muka lalu menuju ke sumber suara itu.

.

.

Damai.

Itu yang aku rasakan sewaktu menuruni tangga. Seakan aku telah membuang semua beban hidupku jauh-jauh dari pundakku. Di meja makan aku melihat papa, mama, dan kak pikyon. Aku tersenyum. Entah kenapa rasanya aku telah meninggalkan mereka lama. Aneh memang. Tapi itu yang aku rasakan sekarang. Aku merasa bersalah. Dulu. Satu tahun yang lalu, sewaktu aku mulai merajut kasih dengan Kaito sesungguhnya mereka tidak setuju. Mereka bilang Kaito itu tidak cocok untukku. Mungkin benar untuk saat ini, tapi tidak untuk kala itu. Mereka bilang dia tidak bisa membiayai aku kalo nanti kami menikah. Karena yang mereka lihat Kaito adalah seorang penjaga toko persewaan komik dan majalah. Hahh. Aku hanya bisa mendesah damai hati. Andai dulu aku tidak mengenalnya lebih jauh lagi. Hanya rasa penyesalan yang bisa aku rasakan sekarang.

Hai sayang, sudah bangun?” sapa papa sambil membaca Koran pagi. “emm…”jawabku. “Mey, tolong ambilkan selai coklat kakak.” Kata kak pikyon. Jemariku mulai melangkah mengambil selai itu. Berat. Ada apa ini? Ahh. Aku mencobanya lagi. Dan akhirnya aku dapat meraihnya. “Ini kak.” Kataku seraya menyerahkan benda itu. Suasana pagi itu pun mulai cerah. Aku mulai mengembangkan senyumku. Hariku telah bangkit lagi. Memori pahit itu akhirnya pudar seiring bergantinya detik.

Oh iya, aku ingin bertemu sahabat-sahabatku. Rasanya ingin meluapkan rindu ini kepada mereka. Inginku menceritakan semua kisah sendu ini bersama mereka.


***



Selesai mandi aku segera menata rambut unguku. Dan tak lupa mengenakan blazer kotak-kotak kesayanganku. Aku bercermin dan memandang diriku dalam-dalam. Aku tersenyum. Inilah Meirin yang baru. Hehe. Setelah menelpon semua, aku pun pergi menuju tempat biasa kita kumpul. Selang 30 menit mereka datang, dan langsung memelukku. Hangat rasanya di peluk sahabat. Aku tersenyum. Aku melihat wajah mereka tampak cemas. Maklumlah, karena setelah kejadian hari itu mereka mengetahui keadaanku yang sangat terpuruk. Setelah aku selesai bercerita, mereka mengangguk bersamaan. “Wah, ternyata kamu tabah banget mey, salut.” Kata Kaori. “He-eh. Kalo aku pasti masih mikirin yang begituan.” Sambung Aiko. “Halagh!!! Apaan sih kalian. Apa yang sudah Mey lakuin itu betul. Dia beda sama kalian yang melankolis banget.” Cerocos Karin sambil merangkulku. Yang aku butuh kan sekarang adalah kalian teman.



***


Pagi itu kampus sudah terlihat ramai. Banyak yang lalu lalang. Damai. Hanya itu yang bisa aku katakan sekarang. Tiba-tiba aku mendengar seseorang berlari kencang dan…BRUUK. “Auuw…” erangku kesakitan. Aku melihat lututku dan merah, itu yang bias aku lihat. Darah. “Ma-maaf.” Kata seseorang di depanku. “Ah, iya tidak apa-apa kok.” Kataku sambil meniup lukaku. “Kamu terluka, harus segera aku bawa ke klinik.” Katanya seraya memapahku. “Aku hanya menurut mengikuti alunan langkahnya.


***


Lukaku sudah di bersihkan dan di perban. Aku mengalihkan pandangan kearah orang itu. Tampan sekali. Pujiku dalam hati. “Nah, sudah selesai.” Katanya mengagetkanku. “Hey…kok bengong.” Aku masih melamun, dan terdengar suara orang terkekeh. Wah, bodoh sekali aku ini. Malu rasanya. “Ah-eh-oh…maaf.” Kataku seadanya. “Kenalin aku Kenichi, anak tehnik. Kamu Meirin ya” katanya sambil menjabat tanganku. “Iya, salam kenal. Tunggu dulu, kok kamu tau namaku?” “Jelas donk, kamu adalah aktifis yang aktif di kampus dan seorang otaku yang berpengetahuan luas.” Jelasnya panjang lebar.


***


Entah kenapa hari itu sangat menyenangkan sekali. Aku tersenyum-senyum hingga menuju kelas. Semua orang pasti aneh melihatku. Biarlah…

Aku ingin semua ini berjalan sebagaimana mestinya. Aku berharap ini buka mimpi. Seperti hidup kembali. Itu yang aku rasakan sekarang. Apa karena aku menemukan sesosok orang yang sangat perhatian dan memang dialah yang aku cari selama ini. Entahlah….
Hanya Tuhan yang tahu jawabnya…

***

Semenjak hari pertemuan itu, entah kenapa kami mulai dekat. Apa ini pertanda memang kami berjodoh. Ahh…kamu kenapa Mey…Ya jelas tidak mungkin, secara kamu masih menyukai Kaito. Hhh….Sudahlah…
.
.
.
“Hei…kamu kok sering banget bengong? Memang ada masalah apa? Apa boleh aku mendengarnya?” pinta Kenichi. Ohh….My god….Bagaimana ini……Aku tidak mau dia mengetahui masa lalu percintaanku yang sangat suram…Aku tidak mau orang sangat aku sayang untuk kedua kalinya pergi dari kehidupanku. Ya Tuhan…Aku mohon jangan Kau pisahkan aku dengannya. “Ahh,, tidak kok. Aku baik-baik saja. Mungkin masuk angin, hehe.” Jawabku sekenanya. “Ohh, kalau begitu kamu pake ini ya.” Ya Tuhan, kenapa kejadian ini sama persis dengan kejadian waktu itu. Kenapa??? Dia mengenakan blazer hitam ke punggungku. Hangat. Sama seperti waktu itu.
.
.
.
“Mey…aku mau bicara” Perasaan apa ini. Jangan-jangan. “I-iya” Bismillah ya Robb…. “Apa kamu mau menikah denganku?” katanya sambil menunjukkan cincin. “Haa…a-aku? Ke-kenapaa…” Ya, hanya kata itu yang bisa aku katakana. “Karena kamu adalah belahan jiwaku yang hilang selama ini.” Kata-kata itu…..Jangan-jangan…..Tidak…Tidak mungkin dia…
“Kamu…” kataku sambil melotot “Iya… Aku Kaito…” katanya sambil melepas topeng. “Tapi kamu kan….” Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku dia sudah memelukku erat. Aku yang berada di pelukannya hanya bias menangis, dan menagis. “Sayang, maafkan aku selama ini. Bukan maksudku menyakitimu. Tapi…” kata-katanya terpotong. “Hei…sudah-sudah jangan berpelukan terus. Aku jadi iri.” Sahut Kaori. “Sob, penyamaranmu hebat banget. Sampai-sampai Meirn yang suka dengan dektetif pun ketipu habis-habisan, haha” sindir Karin. “hehe, ini semua tidak akan berhasil tanpa bantuan kalian teman-teman. Terima kasih, karena aku bisa memberi kejutan kepada Mey di hari jadi kita yang ke 3 ini.” Katanya smbil memelukku erat. “Tapi…kenapa kamu melakukan semua ini kepadaku?” “Karena ini peranku sebagai detektif yang sekarang sedang menangani kasus yang lumayan rumit di kampus ini. Dan supaya tidak ketahuan, aku menyamar menjadi Kenichi. hehe” jelasnya. “Ohh,, tapi…kalau dengan surat undangan yang kamu pesan dengan seorang wanita itu?” “Ahh, itu hanyalah trikku untuk mengecoh mantan pacar wanita itu yang mengancamnya dan kebetulan sekali dia sedang berada disana.Tapi, secara tidak sengaja ternyata kamu juga berasa disana karena terkejut aku membiarkan kamu untuk mengikutiku dan akhirnya rencanaku berhasil sampai kamu pun terkecoh. Maafkan aku sayang, bukannya aku bermaksud jahat. Tapi ini memang konsekuensi yang harus aku lakukan sebagai seorang detektif.” “I-iya. Aku tahu, tidak apa-apa. Tapi lain kali kamu harus bicara padaku dulu. Kamu harus janji tidak ada rahasia lagi diantara kita.” “Siap!!!” katanya. Unnglah ini bukan masalah yang besar. Aku tidak mau kehikangan dia lagi. Sudah cukup dia pergi dariku 2 minggu ini. Terina kasih Ya Tuhan….Terima kasih karena Engkau telah mengembalikan dia di pelukanku lagi.
.
.
.
Selang 2 minggu dari hari itu, akhirnya kami menikah. Mungkin terkesan buru-buru. Tapi tidak juga soalnya kami memang sudah mAtang memikirkannya. Akhrinya mimpi buruk itu pun telah hilang dari kehidupanku. Awal cerita yang indah pun kami mulai bersama. Terima kasih teman-teman, Mama, Papa, Kak Pikyon….. ITSUMO AISHITERU MINNA-SAN.





-End-