Senja hari itu sangat indah. Hangat. Aku merenung diatas atap rumah. Mengamati setiap sudut kota. Sudah lama tak melakukan hal seperti ini.
.
.
.
“AHH.. AKHIRNYA BISA SAMPAI JUGA....” teriakku sambil mengepalkan tangan ke atas. “Oi.... Berisik tau!!!” teriak seseorang. “Ma-maaf..” aku menoleh ke arahnya, dan ternyata dia….
“Heh anak bodoh!! Kapan kamu datang?” katanya. “Ohh,, ternyata sampai sekarang pun kamu masih memanggilku anak bodoh ya…” jawabku. Dia adalah teman dekatku, bisa di bilang sahabat setiaku. Tapi lama-lama ada rasa aneh yang muncul di hati ini. Mungkin aneh tapi memang ini yang aku rasakan, kami sudah bersahabat dari TK. Hanya dia yang bisa mengerti aku. Hanya dia seorang.
.
.
.
.
Tiba-tiba saja dia langsung duduk di sampingku dan memelukku erat sekali. ”Selamat datang kembali putri kecilku. Aku selalu dan selalu menantimu hingga kau pulang lagi.” Bisiknya. “Arigatou~ hmm... hontou ni gomen nasai, aku pergi lama. Kamu baik-baik saja kan?” kataku. “He-eh...biarkan aku memelukmu untuk melepas rinduku ini.” Pintanya. Sudah lama sekali setelah upacara ke lulusan waktu itu, tak disangka kami selama itu terpisah jauh. Sudah hampir 3 tahun aku mengenyam pendidikan di Negeri Sakura tersebut, dan selama itu lah aku dan dia terakhir duduk disini. Tapi, apakah dia masih ingat akan janji kami dulu. Hanya itu yang sedang aku pikirkan sekarang.
***
“Oiya, kapan kamu mau menyusulku kesana?” tanyaku. “Ehh, entahlah. Aku juga bingung mau lanjut ke Jepang atau ke Jerman.” Jawabnya pasrah. “Tapi kamu masih ingat akan janji kita kan?” kataku sambil meneteskan air mata. Yang dia lakukan adalah memelukku. Itulah senjata andalannya saat melihatku menangis. “Sepertinya aku tidak bisa kesana sekarang, karena aku di minta kakakku untuk meneruskan perusahaan papa. Entah sampai kapan, mungkin setelah kakakku kembali kesini.” Jawabnya sambil terus memelukku.
.
.
.
Apa memang ini yang Tuhan kehendaki. Kami terpisah sangat jauh. Kalau di pikir-pikir, kami seperti anak-anak F4-nya Hana Yori Dango +lebay mode on+ . Hmmm~ Mungkin Tuhan mau membuka mata hati kami, kalau hidup ini pasti akan ada perpisahan. Itu yang aku pikirkan sekarang. Dia selalu menyemangatiku, dan berjanji kelak saat pendidikannya disini telah selesai dia akan menyusulku dan mengambil S2 disana. Terkadang aku sangat senang mengingat akan kata-kata manis itu, tapi ada kalanya rasa takut itu bergelayutan di pundakku. Aku tak ingin kehilangan seseorang seperti dia, terlebih lagi dia sahabat terbaikku. Dia beda… Ya… Dia memang beda dari cowok-cowok lainnya. Cara berfikirnya sangat simple tapi analisisnya sangat mengagumkan. Penampilannya yang sedikit urakan memberi kesan dia sangat santai menghadapi sgala masalah. Andai dia bisa mewujudkan mipinya sebagai detektif ternama di Jepang. Haha. Mungkin kedengaran sedikit lebay, tapi itu semua sanagt mungkin terjadi, pasalnya dia sangat berbakat dan juga sering membaca novel-novel serta komik-komik detektif.
.
.
.
.
.
Yang saat ini aku inginkan hanyalah berada di sampingnya, hanya itu. Tak terasa mentari pun telah di telan bumi dan kami pun saling terdiam membisu, tenggelam dalam pikiran kami sendiri. Setelah sekian lama terpisah, mungkin ada sedikit rasa canggung yang singgah di hati ini. Ingin rasanya aku mengulang hari-hari seperti dulu. “Aku...” tiba-tiba kami mengatakannya bersamaan. “Ah, kamu duluan..” kataku. “Kamu duluan aja.” Jawabnya. “Aku...aku ingin tinggal disini lagi bersama kamu dan anak-anak yang lain.” Kataku. Dengan wajah tertunduk aku beranikan untuk mengungkapkan rasa yang telah lama berkecambuk di relung hati ini, aku ingin kembali. Sedikit aku melirik ke arahnya, dan yang aku dapatkan adalah tatapannya yang tajam dan sangat ganas. Seumur hidup baru kali ini dia perlihatkan wajah sangarnya kepadaku. Aku sangat ketakutan melihatnya, apa memang salah aku mengatakan kata itu. “Hah?? Terus kuliah kamu dan perusahaan yang kamu jalankan bagaimana nasibnya?” katanya dengan nada tinggi. “Kamu tidak boleh seperti ini. Apa hanya karena aku? Kalau memang benar, lebih baik aku pergi. Aku nyesel punya teman seperti kamu, nggak punya harapan. Kasihan sekali. Anggap saja kita tidak pernah kenal selama ini. Oke!!!” bentaknya. Mungkin itulah pertemuan pertama dan sekaligus terakhirku setelah sekian lama berpisah. Bodoh sekali . Apa yang kamu lakukan Mey. Dasar baka!!! Orang yang selama ini kamu pikirkan dan ingin menemuinya setelah sekian lama berpisah kenapa kamu sia-siakan.
***
Seminggu kemudian...
Siang ini adalah hari terakhirku sebelum berangkat kembali ke Jepang. Berat hati ini, tapi ini semua demi membahagiakan orang tua dan juga teman masa kecilku yang sangat aku sayang. Langkah demi langkah pun aku pijakan menuju Gramedia, took buku kesayanganku selama tinggal di Solo. Tapi siang itu aku merasakan ada yang hilang di hati ini. Perasaan yang semula hanya biasa saja tapi itulah hal terburuk yang akan terjadi di dalam hidupku. Di ujung jalan aku melihat banyak orang berkerumun, aku mulai melangkah menuju tempat tersebut. Sesampainya disana aku tersandung dan terjatuh, saking banyaknya aku tak dapat mendekat ke tempat itu. Hari pun semakin terik, aku pun memutuskan untuk beranjak dari tempat tersebut dan melanjutkan pergi ke Gramedia.
.
.
.
Di depan rumah aku mendapati kedua orang tuaku yang terlihat sangat cemas dan mama pun memelukku dengan sangat erat. Aku melihat semua barang-barang yang akan ku bawa kembali ternyata sudah tertata rapi di depan pintu. Hah,, sudah waktunya. Itu yang aku gumamkan dalam hati. Aku melirik samping rumah dan berfikir kenapa rumahnya banyak sekali orang mondar-mandir di rumahnya. DEG. Apa dia baik-baik saja? “Nak, kamu yang tabah ya.” Elus papa. “He, memang ada apa?” tanyaku. “Lihat di depan rumahnya.” Jawab papa sambil menunjuk kearah rumahnya. Segera aku berlari kesana, tanpa memedulikan apa yang di omongkan kedua orang tuaku. Sesampainya di depan rumahnya yang kebetulan berada di samping rumah aku hanya bisa berdiri terdiam. Apa ini? Apakah ini memang benar terjadi? Sesaat kemudian orang-orang memandangku dengan tatapan kasihan, dan sahabat-sahabatku yang lain pun turut memelukku. Mereka menangis dan memberikan semangat kepadaku. Aku hanya diam. Diam terpaku melihat ke dalam pintu masuk. Seolah tak percaya dengan kenyataan yang ada, Setelah aku melihat ada bendera merah yang berkibar-kibar di pintu gerbangnya aku mulai menangis. Hanya menangis yang bisa aku lakukan untuk waktu itu. Semakin lama aku merasakan tubuhku tak terkendali dan meronta-ronta. Aku tak dapat mendengar apa yang orang-orang katakan. Sunyi. Apa memang Tuhan berkehendak seperti ini? “Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Orang yang selama ini aku saying kenapa Kau ambil secepat ini? Kenapa Tuhan? Aku memang bodoh tidak dari dulu menyatakan perasaan yang sudah terpendam sejak lama ini. Memang aku bodoh, hanya bisa melihat diri sendiri senag dan bahagia, tapi tak pernah memikirkan orng lain. Apa ini balasan-Mu ya Tuhan?” ujarku sambil menangis dan meronta. Teman-teman hanya bisa mendekapku dalam pelukan hangat mereka. “Dasar bodoh! Sekali anak bodoh tetaplah anak bodoh...” ujar seseorang. Suara itu... jangan-jangan. Segera aku menoleh ke belakang. Sekilas aku masih tak percaya, tapi dia segera mendekapku. Diam. Aku hanya diam terpaku. “Terima kasih kamu bisa saying sama aku, sudah lama aku ingin mendengar itu langsung dari mulutmu tapi kapan. Ternyata sekaranglah kamu bisa mengungkapkan isi hatimu dengan tulus ikhlas.” Katanya. Setelah itu dia mengecup keningku. Apa ini sungguhan atau aku hanya mimpi? Bukannya dia sudah meninggal? Kenapa masih bisa di hadapanku sekarang? Aneh. Sayang, yang meninggal itu bukan aku. Lagian juga ini bukan rumahku. Aku hanya menguji kamu dengan trik psikologis yang aku ciptakan, dan dengan bantuan paman dan bibi serta teman-teman aksiku pun berjalan dengan lancar. Maafkan aku sebelumnya, bukannya aku bermaksud buruk dengan mempermainkan kematian, tapi hanya ini yang bis aku lakukan sekarang. Karena kamu bisa jujur dengan perasaanmu sendiri dan juga sudah mau kembali ke Jepang dan melanjutkan cita-citamu disana. Hanya itu yang aku inginkan.” Jawabnya. Terima kasih Tuhan, aku tidak kehilangan teman dan juga orang yang sangat aku sayangi.
+End+
14 Nov 2009
AkUu puLAaAanG!!!!
by メイリン :)) di 11/14/2009 0 komentar
Label: cerpen
Langganan:
Postingan (Atom)